Ramalan-Ramalan
Belakangan ini, aku gemar seklai menonton kuliah-kuliah pendek soal sains di Youtube. Aku tidak punya uan untuk membeli buku Michio Kaku, Neil deGraisse, hingga Richard Dawkins. Satu-satunya yang berhasil kubaca sinkat adalah Kosmos milik Carl Sagan yang baru beberapa bab saja. Belum kurampungkan, karena memang aku tak punya bukunya, eh aku sudah berniat menulis sesuatu tentan sains.
Yang ingin kutulis barangkali yang paling erat kaitannya dengan Dawkins, atheis dan evolusi. Tersebab aku lahir di lingkungan yang sangat beragama di mana agama dijadikan salah satu ideologi negara. Aku tidak ingin sok pintar menjelaskan teori evolusi yang, barangkali, telah menghancurkan agama. Ya, aku pikir teori evolusi telah menghancurkan agama, berkeping-keping!
Ada banyak sekali jalur pembuktian evolusi. Bisa dari anatomi perbandingan, rekaman fosil, perbandingan DNA, hingga meneliti evolusi itu sendiri. Richard Dawkins dengan tegas mengatakan bahwa teori evolusi Charles Darwin benar. "Evolution is a fact!"
Di tempat lain, agama juga sudah ditabrak dengan keras ketika bumi ternyata tidak datar dan berputar mengelilingi matahari sehingga manusia bukanlah pusat dunia. Dengan asumsi bahwa manusia adalah makhluk kecil di tepi pantai lautan kosmik, maka bukan tidak mungkin kehidupan jua ada di entah pulau mana itu. Dengan pandangan ini, ditambah teori evolusi yang keabsahannya semakin mendekati teori gravitasi, agama memang buyar dibuatnya.
Untuk itu, aku tidak ingin bertamasya ria dengan menuliskan kelehaman agama-agama. Aku ingin melihat masa depan. Munkin 50 atau 100 tahun yang akan datang. Aku tertarik dengan unkapan Michio Kaku yang menyebut, barangkali manusia sekarang akan menyebut manusia 100 tahun yang akan datang sebagai dewa. Dengan percepatan ilmu teknologi yang sedemikian rupa, perubahan besar pasti akan terjadi, termasuk dalam kehidupan sosial.
Pertanyaan jahatku, apakah agama masih bisa bertahan hingga 100 tahun lagi? Jika itu terlihat mustahil, bagaimana dengan 50 tahun sahaja. Atau 30 tahun? Mungkin kita harus segera melihat ke samping rumah kita, ke langit, lalu kembali ke rumah karena pemandangan seperti ini kuyakini tidak akan sama dalam 30 tahun ke depan. Ya, beginilah ramalan-ramalanku.
Segera setelah segala kegiatan bernama, karir, terpenuhi, hidup kian terasa cepat. Saking cepatnya, kita sudah tidak butuh agama. Hal yang bersifat teknologis dan berbasis rasio yang akan terdepan. Sudah tidak ada lagi film horror tentang makhluk halus. Film horror barangkali akan memajang kemarahan manusia-manusia fundamentalis yang melakukan ritual aneh untuk berperang. Mungkin horror akan bergabung dengan triller.
Pengaruh evolusi juga terjadi pada sistem sosial. Yang dulu masih terkotak-kotak, 30 puluh tahun lagi barangkali sudah tidak ada istilah ras di kamus. Semakin toleran manusia, semakin mereka tidak mempertanyakan asal-usul yang sifatnya genetik seperti ras, jenis kelamin (jika gender berkembang juga), mungkin hingga tempat dan tanggal lahir. Akan jadi hal yang aneh ketika ada obrolan di dalam kereta, "asli mana, mas?"
Di masa depan, manusia bertetangga lewat layar kaca. Ketika pabrik-pabrik sudah dibangun demikian banyaknya, dan seperti masih kurang juga, maka tempat kerja bisa saja di bawa ke dalam rumah. Bertegur sapa sudah akan diunduh dari alat komunikasi. Mungkin akan tiba saatnya media yang melebihi audiovisual sehingga berkunjung tidak perlu mudik seperti orang Jakarta ke Jawa Barat, Tengah dan Timur. Mungkin semacam perkembangan dari augmented reality. Arena bermain anak-anak mungkin seperti di Cooper Station dari film Interstellar. Mungkin itu terlalu berlebihan, tapi paling tidak begitulah gambarannya.
Soal hiburan, tentu tidak boleh terlewat. Dengan percepatan teknologi, aku berpikir konser musik akan bisa dinikmati secara streaming atau augmented reality. Mungkin konser musik tidak akan digelar di sebuah stadion besar yang dipadati ribuan penonton. Cukup bermain distudio saja. Untuk sepak bola, juga berlaku sama. Mungkin, para pemain sudah mulai menggunakan teknologi. Mungkin bakal ada semacam jetpack sehinga bola tidak akan digiring di atas tanah saja. Terdengar asik kan?
Untuk makanan, munkin sudah jelas jika percepatan akan merambah ke sini. Barangkali, kapsul-kapsul berisi alga atau semacamnya akan menjadi makanan harian. Semua makanan mungkin akan berasal dari hasil rekaya genetik. Jadi, punahnya tumbuhan seperti di film Interstellar bisa ditanggulangi.
Untuk pemerintahan, yang paling mungkin adalah adanya suatu traktat semacam Uni Eropa namun berbentuk Uni Dunia. Semua dunia akan menjadi satu. Tak ada lagi visa dan sebagainya. Semua identitas dan lainnya akan tersimpan pada microchip. Akses ke manapun tak terbatas. Otoritas hanya dipegang oleh satu komite yang bercabang ke seluruh dunia. Bukan berarti menjadi satu ini seragam, namun dalam manajemen administrasinya saja. Budaya akan terus mengalami pembaruan. Upacara adat seperti sekaten, mungkin sebagai peringatan tetap dilakukan, tetapi bentuknya berbeda.
Soal sumber daya, barangkali manusia akan membuat regulasi yang adil. Mungkin nuklir sudah sangat aman sehingga menjadi bahan bakar yang terdengar biasa saja. Perebutan tentang sumber energi mungkin akan terjadi, tetapi dengan jamaknya penemuan sejenis, lama kelamaan akan ditinggalkan.
Soal alam, tidak ada yang bisa kuprediksi. Mungkin tumbuhan akan mengalami evolusi seperti mengecil karena dalam sepuluh tahun ke depan panas bumi akan mengerikan. Untuk cuaca, sudah jelas bahwa pemanasan global sudah tidak bisa dibendung. Untuk binatang, mungkin akan segera punah karena perluasan lahan-lahan pabrik.
Ya, alam yang rusak itu pasti. Masa depan yang indah juga berbarengan dengan yang suram. Di suatu tempat, mungkin seperti di dunia Hunger Games, capital memiliki teknologi yang mutakhir dan kecukupan. Di lain tempat, Distrik 12 seperti tempat tinggal Katnis Everdeen juga ada. Bedanya mungkin tidak lagi berbentuk feodalistik. Tempat-tempat ini barangkali milik orang-orang yang ogah menerima kemajuan atau belum mampu mengikuti kemajuan. Meskipun begitu, aku percaya perang sudah mulai ditinggalkan.
Hal suram lainnya adalah soal populasi. Ketika dunia sudah penuh sesak dengan manusia, ke mana menaruh manusia ini dan manusia itu? Planet yang bisa ditinggali mungkin belum bisa ditingali hingga 30 tahun ke depan. Ditambah, pemanfaatan enzim telomerase yang sudah semakin dekat juga akan mempertipis angka kematian karena penuaan. Banyaknya manusia di bumi akan jadi perkara paling pelik untuk menjalani masa depan yang serba maju di atas.
Apakah ajaran agama bisa menghentikan itu? Aku pikir tidak. Jangankan berpikir untuk menangani masalah kelaparan dan kemajuan teknologi, pikirannya paling masih sebatas pelanggaran norma agama atau tidak. Dan itu tidak akan selesai dan memperlambat kemajuan. Jika ajaran agama tidak bisa menerima toleransi, multikultural, dan bahkan teknologi, ucapkan saja selamat tinggal.
Ya. Itu semua terjadi hanya jika semua orang sudah meninggalkan agama dan beralih ke atheis atau agnostik. Tanah dan tumbuhan yang serba metalik seperti masa depan di kartun Spongebob bisa terjadi karena warga Bikini Bottom tidak mengenal Tuhan sebagai entitas, tapi sesuatu yang dicari, terus menerus dan tidak pernah berhenti. Kiranya begitu ramalanku hari ini. Semoga hari ini dan masa depan anda menyenankan.
Comments
Post a Comment