“Berseragam berlagak jagoan mau jadi apa
Seperti tentara kau menyerang dan akhirnya
celaka
Mati muda!!
Impian dan harapan orang tua musnah begitu
saja
Nyawa-nyawa penerus bangsa tidak ada
harganya
mati muda, mati muda!!!”
Apa yang telinga kita butuhkan ketika
kejenuhan melanda? Dengarkanlah musik rock!
Baiklah, potongan lirik di atas adalah
kutipan lirik lagu Mati Muda yang terdapat di album Teriakan Bocah dari trio
asal Jakarta, Kelompok Penerbang Roket (KPR). Ini adalah album pertama dari
band yang mengusung musik rock dengan esensi era 70an: galak, beringas, rusuh, berbahaya dan penuh energi. Semua lagu
dari Teriakan Bocah memiliki sound yang terkesan jadul dengan diksi-diksi yang
berisi, bukan asal teriak dengan makian-makian kasar yang sok nakal.
Begitu dua atau tiga lagu diputar, deretan
nama macam Duo Kribo, Panbers, atau God Bless akan muncul di dalam benak. Benar
saja, nama-nama tersebut merupakan pengisi jagad musik rock Indonesia tahun
70an -dengan mengesampingkan Koes Plus atau Dara Puspita- yang menjadi acuan
kental referensi bermusik KPR. Walau begitu, album yang berisikan tujuh lagu
ini masih tetap diselaraskan dengan zaman sekarang. Boleh dibilang, KPR adalah
band masa kini yang di saat bersamaan juga seperti band dekade 70an.
Mati Muda mengangkat tema tawuran untuk
sebagian anak muda yang tidak banyak pikir dalam bertindak. Pesannya pun jelas
bahwa tindakan bodoh sepeti ini akan membawa petaka, mati muda! John Paul
Patton alias Coki pada vokal dan bass berteriak penuh emosi diiringi distorsi
gitar Rey Marshall. Lagu ini bergerak cepat oleh ketukan padat Viki Vikranta
pada drum. Sangat sexy dan sangat mudah untuk membius orang untuk bergoyang.
Pada nomor berikutnya, Beringin Tua
menghadirkan cerita fiksi perjalanan seseorang yang akhirnya semakin kosong
masuk ke dalam hitam. “Berdiri di bawah beringin tua, terdengar bisikan dari
lubang, lubangnya hitam di tengah batang, hitamnya menarikku ke dalam…”. Ini
adalah penggalan lirik Beringin Tua yang bergerak dengan tempo sedang kemudian
sedikit progresif di bagian belakang. Gelombang distorsi selama hampir dua
menit terdengar seperti suasana teriakan seseorang yang terseret masuk ke dalam
lubang hitam.
Single pertama di album, Anjing Jalanan,
merupakan lagu paling kencang di album ini. Distorsi yang cepat dari Rey
dibalut bass line yang sederhana dan konstan oleh Coki, begitu padu dengan drum
yang menghentak. Liriknya pun cerdas. Bagi sebagian orang yang mungkin “risih”
dengan judulnya yang anjing-anjingan, barangkali akan tertipu begitu
mendengarkannya dengan seksama. Ini adalah lirik sederhana dengan konsep yang
universal. Siapapun bisa menjadi anjing jalanan bila luput dalam berperilaku.
Sebuah konsep lirik visioner yang berpotensi tidak akan lekang oleh zaman.
Target Operasi adalah lagu hibah dari
rocker senior Anda Perdana (Mata Jiwa) yang tidak merilis lagu ini. Dengan
gubahan baru, lagu ini memiliki aransemen yang paling berwarna dari pada yang
lain. Dengan lirik khas karya Anda lainnya, kemampuan bermusik para personil
keluar dengan rapi dan pas seperlunya. Lagu-lagu lain seperti Tanda Tanya, Di
mana Merdeka, dan Cekipe juga hadir dengan tema-tema lagu yang tidak
membosankan.
Keistimewan KPR memang dari karakternya
yang langsung kentara. Empat bulan setelah perilisan album ini, tepatnya
Agustus 2015, KPR juga mengeluarkan album tribute to band junjungan mereka,
Panbers, bertajuk HAAI. Dari aransemen ulang tersebut memang sudah jelas
terlihat bentuk musik KPR. Dan inil modal besar bagi band pendatang baru,
terutama rock.
Yang harus diperhatikan adalah sejauh mana
ekserimen yang mereka hasilkan. Sound yang mereka buat memang terdengar lebih
segar dengan aransemen yang tidak membosankan. Namun, pilihan sound yang tua
sepintas seperti tidak ada pilihan efek yang lain. Banyak distorsi yang
sebenarnya lebih mirip kepada milik Motorhead atau bahkan Led Zeppelin yang
seperti terdengar itu-itu saja.
Namun, bukan berarti band ini memiliki
kemampuan yang rendah dalam bereksperinmen. Mendengar pilihan musik yang
dibawakan dan lirik yang disuguhkan, band yang masih tergolong baru ini patut
diapresiasi. Memilih jalur tempo dulu bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi
genre rock. Selain skena musik rock yang tergolong berat untuk berkarir, minat
pada jenis musik ini pun masih terbilang terbatas—hanya pemerhati golongan
musik independen. Pada akhirnya kelompok ini pun tetap menjadi penerbang roket
yang akan mengarungi belantika musik indonesia atau bahkan mancanegara.
*sedikit diedit setelah sebelumnya
diterbitkan di saluransebelas.com.
|
Comments
Post a Comment