Esok
![]() |
https://www.morninglightpublishing.org/images/slideshow1/Mountain_Cliff_Sunrise_1088x725.jpg |
We run simulation into the future. -Michio Kaku
Apa yang terjadi besok? Tidak tahu. Namun paling tidak, otak kita sudah mempersiapkan beras, telur, tempe, kopi, gula, teh dll. untuk menyambut hari esok. Michio Kaku mengatakan otak manusia adalah mesin prediksi. Binatang hidup untuk hari ini, manusia untuk hari esok.
Ini menjadi semacam hukum yang harus dipenuhi. Manusia yang tidak merencanakan hari esok, dia sama saja seperti binatang. Lebih tepatnya kesadaran tingkat dua, jika merujuk teorinya Kaku. Kesadaran tingkat ini hanya sebatas milik kera. Kesadaran akan emosi, yaitu berkumpul, bersosial, hingga mencari pemimpin.
Kesadaran semacam ini belum sampai pada tahapan memikirkan cara bercocok tanam, menutupi tubuh dengan baju,atau pun membangun rumah anti badai. Belum ada esok hari di pikiran kera. Masih sebatas adu kekuatan dalam dinamika berkelompok.
Kesadaran akan esok hari aku pandang juga sebagai syarat hidup. Kesadaran tingkat kera hanya akan mengenal kelompoknya, mengenal pemimpinnya. Apakah sekelompok kera bisa hidup berdampingan dengan buaya yang memiliki kesadaran level tingkat satu, yaitu makan dan berburu? Kesadaran manusia tentu lebih dari ini. Menjadi kera saja ogah, apalagi buaya, sangat menjijikkan.
Ini kemudian membuatku berpikir tentang negara, agama, dan identitas-identitas lainnya. Apakah kelompok-kelompok ini mewakili kesadaran kera? Hidup harus berkelompok, di luar kelompok adalah musuh. Aku pikir, kesadaran kita hari ini kembali mengarah ke level kera. Permusuhan berdasarkan agama, ras, suku, adalah sikap-sikap kera. Aku berharap aku adalah buaya jadi aku makan saja kera-kera bodoh ini.
Agak mengejutkan ternyata aku adalah manusia. Sial, aku tidak boleh berpikir bermusuhan seperti kera. Untuk itu aku menulis saja. Ini termasuk kesadaran level tiga, memprediksi masa depan. Prediksi apa? Prediksi tentang sikap-sikap manusia kera yang harus ditinggalkan.
Kesadaran level tiga yang kulakukan, dan mungkin akan kudedikasikan adalah menulis. Apa yang bisa kulakukan selain makan, berburu (di toko), berkumpul, memilih pemimpin? Ya, aku harus memikirkan besok dengan memprediksi masa depan. Berpikir seperti apa esok hari. Menggambarkan ada apa hari ini untuk lebih mengenal esok hari.
Apakah ini bernar-benar berguna? Aku punya prediksi ini akan berguna sebagai data sejarah, juga data narsis. Data sejarah sudah jelas karena ini jadi panduan. Sedangkan data narsis? Mungkin ini masuk ke kelompok kesadaran akan diri sendiri. Aku belum tahu banyak tentang narsis. Aku memprediksikan bahwa bakal ada banyak buku yang harus kubaca. Sial.
Tiba-tiba aku berpikir jahat. Apa yang akan dipikirkan oleh Tuhan, ya? Level berapa Dia?
Comments
Post a Comment