susahnya menulis
Sejak awal tahun ini aku mengalami krisis finansial. Di bulan ini, misalnya, penelitanku menghabiskan 75 persen dari uang sakuku. Belum lagi untuk biaya kos dan makan. Tentu aku tak kuat hati meminta uang ke ibuku meski dia sangat mampu. Kenapa? Ya karena aku sok-sokan. Sikap sok ini semakin sok karena aku berusaha mengatasi krisisnya dengan menulis, seperti menulis bisa memperkaya diri saja. Itu kusadari penuh karena aku ogah menerjemahkan, atau meminta pekerjaan menerjemahkan dari seorang teman. Menerjemahkan kurang seksi. Yang lebih seksi itu menulis. Entah esai, cerpen, atau apa pun. Pokoknya menulis. Masalah segera datang lagi, dan memang beginilah hidup, ya kan. Apa itu? Tulisanku buruk! Aku punya banyak sekali ide, tapi tanpa latihan, tanpa asupan bacaan yang tepat, ide-ide tadi segera mangkrak. Aku tidak tahu cara memperbaikinya, dan seringnya ogah. Dengan nafsu menulis demi ratusan ribu uang, mau tak mau aku harus melemaskan tulisanku yang mulai kaku gara-gar...