Obituari: ChesterBe
Sebuah generasi, atau katakanlah periode atau rentang waktu, selalu memiliki penanda dan pertanda. Jika aku berada di generasi X, maka untuk suatu sub kultur bernama musik, nama Linkin Park adalah suatu penanda utama. Bukan hanya generasi yang mapan dengan teknologi, generasi X pada sub kultur musik juga memisahkan diri ke jalan tak berujung. Suatu masa ketika musik mencapai puncaknya dan menemukan kembali jalan lainnya. Salah satunya Linkin Park.
Anggapan ini kusadari dan kuamini. Memang, musik 90an adalah puncak semua genre. Memasuki dekade setelahnya, semuanya hanya turunan, bahkan juga termasuk musik elektronik. Linkin Park adalah satu nama yang unggul dalam menentukan turunan itu. Mengaambil dasar metal, rap, juga elektronik, Linkin Park adalah warna yang sangat segar kala itu karena band ini berhasil masuk ke ranah mainstream. Sebuah aliran baru bernama nu-metal akhirnya disematkan.
Ingatanku masih segar. Kakakku memiliki kaset dan CD-nya. In the End, Crawling, One Step Closer, adalah nomor wajib. Lagu yang tidak akan pernah hilang dari ingatan. Masih segar ingatanku ketika SD ada orkes dangdut yang menyanyikan In the End. Linkin Park adalah wakil sebuah generasi.
Hari ini, 21 Juli 2017, berita duka yang sangat mengejutkan datang. Chester Bennington meninggal. Vokalis dengan suara campuran berat, halus, sedikit vibra, tapi ujug-ujug bisa berubah secara signifikan ketika scream. Dan bukan main-main, scream milik Chester memang selalu istimewa karena bagaimanapun masih bisa terdengar halus dan tidak mengganggu. Orang akan menyebutnya talenta, tapi aku akan menyebutnya gila. Chester adalah vokalis gila yang mengisi kepala. Tato bergambar api ditangan adalah imajinasi paling gila untuk anak SD. Dan pada waktu itu, musik adalah suatu yang sangat membahagiakan buatku.
Aku masih ingat ketika CD (kemungkinan bajakan) milik kakakku, Linkin Park, Live in Texas selalu kuputar. Aku belum masuk SMP waktu itu. Tapi aku ingat jelas kemeja warna hijau gelap yang dikenakannya. Kakakku dengan sok tahu bilang konser Linkin Park dilarang di malam hari, takutnya ricuh. Untuk sekadar menjawab kenapa konsernya di siang hari. Kakakku mungkin katrok. Masa sih di Amerika nonton konser tawur. Mungkin dipikirnya musik keras, waktu itu album Meteora dan Hybird Theory, bisa memicu perkelahian. Maklum lah, scream milik Chester memang menggemparkan. Asli!
Kaset yang benar-benar pernah kusentuh, kubaca liriknya berikutnya adalah Meteora. Entah setan apa aku waktu itu membaca tulisan berbahasa Inggris. Tapi paling tidak aku merasakan bahagianya memegang suatu album. Aku masih ingat ada gambar orang memakai masker di sampulnya. Lagu yang paling istimewa untuk usiaku tentu saja Faint. Loop milik turntablist Mr. Han sangat catchy dan kuyakin akan langsung nyatol di kelapa siapa pun yang mendengarnya.
Video Musik yang sangat membekas adalah Somewhere I Belong. Dengan sorotan pendek pada rumah gaya Jepang, lengkap dengan mainan berupa Gundam, tiba-tiba Chester jatuh di kasur lalu masuk ke dunia lain. Aku harus jujur jika aku menulis ini tanpa research. Aku ingin menulisnya dari ingatanku. Dan sumpah, video musik ini memang yang tergahar di zaman itu.
Tak cuma video gahar, video yang bikin meratap juga ada: Numb. Ini adalah video yang sangat tepat untuk menggambarkan lirik lagu. Seorang wanita sendiri di keramaian, lalu digambarkan waktu melaju dengan cepat, tak menghiraukannya, tak menganggapnya ada. Sebuah video yang sangat sentimentil karena aku yakin pasti banyak remaja yang merasa demikian. //I'm
becoming this all I want to do//Is
be more like me and be less like you...
Perjalanan melewati masa SMP yang kuper menemui ujung ketika SMA. Nama Linkin Park terjamah lagi. Seorang teman perempuan bernama Galuh Hesa Gunita (sejak kapan aku bisa mengingat nama orang?) ternyata seorang fans berat yang disebut Linkin Park Underground (LPU). Aku beberapa kali mengobrol sana-sini tentang Linkin Park. Yang paling gila, pada waktu tes speaking dengan tugas bernyanyi, aku memilih membawakan lagu Leave Out All the Rest. Salah satu memori SMA yang tidak tidak terlalu buruk kan? Hey, aku menyanyi di depan kelas!
Di tempat lain, ketika baru mengenal musik-musik hardcore dan metalcore, seorang teman gemar membanding-bandingkan scream seorang vokalis. Percakapan kami waktu itu adalah Chester dan M. Shadow dari A7X. Tentu bukan perbandingan yang apple to apple, tapi paling tidak keluguan masa lalu itu mash membekas ketika mengingat seorang Chester.
Apakah tulisan ini hanya berdasar dari sebuah perjumpaan ingatan saja, tidak ada isinya? Tentu ada. Aku menuils ini bermaksud mengabadikan Chester sebagai salah satu tokoh (mengingat musik terlampau vital di hidupku) paling terkenang selama ini. Ini adalah tulisan untuk mengenang seorang artis yang melahirkan karya berpengaruh pada hidupnya. Tulisan yang tidak ada kaitannya dengan dunia perintelektualan yang menjemukan.
Berteman dengan seorang LPU tentu membuatku tahu sedikit banyak tentang gosip Chester. Juga proyek sampingan bahkan katanya dia juga memiliki tattoo shop. Memang aku tidak begitu mengikuti berita entertainment untuk mengikuti artis. Dan kini rasanya cukup menyesal jika aku tidak tahu kepribadian Chester yang katanya depresi.
Tentu banyak nama yang memiliki latar belakang seperti Chester. Sebut saja Lady Gaga, Billie Joe Armstrong dari Green Day, atau semua personel Metallica yang memiliki masa muda kelam. Dan rasanya ini juga berguna bagi kita semua untuk merenungkan bahaya depresi. Sayang sekali kita harus diingatkan lewat kematian artis terkenal, tapi inilah hikmah terbaiknya.
Hampir pasti tidak ada yang menduga Chester melakukan bunuh diri sebelumnya. Meskipun beberapa bulan lalu karibnya, Chris Cornell, meninggal dan menjadi spekulasi tindakan Chester karena tepat di hari ulang tahun karibnya. Untuk itu, Chester saja tidak terduga, apalagi kita yang papa dengan hidup yang fana.
Namun, mungkin saja ini tidak kebetulan. Jika kita cermati, lirik-lirik Linkin Park yang ditulisnya memang lebih banyak bertema kerentanan dan keputusasaan. Tema liriknya kebanyakan memang marah, resah, gundah, juga saat terpuruk. Misalnya dalam lirik ini I can't feel the way I did before//Don't turn your back on me//I won't be ignored.
Dengan lirik-lirik yang telah diciptakannya dia telah banyak membantu generasiku mengusir patah hati, kebencian, atau setidaknya depresi atau bahkan kesendirian. Dan sekali lagi, kini Chester telah membantu mengingatkannya bahwa yang sedang dia lawan benar adanya. Chester telah kalah, tapi dia berharap kita yang bisa menang.
Kiranya seperti itu. Seorang seniman dengan karya yang fenomenal yang akan terkenang selamanya. Talenta yang dimiliki, kharisma yang terpancar, semuanya akan terkenang. Salah satu wakil dari zaman ini, musisi memang abadi. Terima kasih dan selamat jalan Chester.
Tentu banyak nama yang memiliki latar belakang seperti Chester. Sebut saja Lady Gaga, Billie Joe Armstrong dari Green Day, atau semua personel Metallica yang memiliki masa muda kelam. Dan rasanya ini juga berguna bagi kita semua untuk merenungkan bahaya depresi. Sayang sekali kita harus diingatkan lewat kematian artis terkenal, tapi inilah hikmah terbaiknya.
Hampir pasti tidak ada yang menduga Chester melakukan bunuh diri sebelumnya. Meskipun beberapa bulan lalu karibnya, Chris Cornell, meninggal dan menjadi spekulasi tindakan Chester karena tepat di hari ulang tahun karibnya. Untuk itu, Chester saja tidak terduga, apalagi kita yang papa dengan hidup yang fana.
Namun, mungkin saja ini tidak kebetulan. Jika kita cermati, lirik-lirik Linkin Park yang ditulisnya memang lebih banyak bertema kerentanan dan keputusasaan. Tema liriknya kebanyakan memang marah, resah, gundah, juga saat terpuruk. Misalnya dalam lirik ini I can't feel the way I did before//Don't turn your back on me//I won't be ignored.
Dengan lirik-lirik yang telah diciptakannya dia telah banyak membantu generasiku mengusir patah hati, kebencian, atau setidaknya depresi atau bahkan kesendirian. Dan sekali lagi, kini Chester telah membantu mengingatkannya bahwa yang sedang dia lawan benar adanya. Chester telah kalah, tapi dia berharap kita yang bisa menang.
Kiranya seperti itu. Seorang seniman dengan karya yang fenomenal yang akan terkenang selamanya. Talenta yang dimiliki, kharisma yang terpancar, semuanya akan terkenang. Salah satu wakil dari zaman ini, musisi memang abadi. Terima kasih dan selamat jalan Chester.
gambar: https://goo.gl/ao3VEs
Comments
Post a Comment