Cersei Lannister
She was nothing like me. No meanness, no jealousy, just good. I thought if I could make something so good, so pure . . . maybe I am not a monster.
Cersei menangis tersedu, tak kuasa melihat anak gadis satu-satunya, Myrcella, meninggal. Meninggalkan sedikit alasan untuk membentuk rasa kasih sayang pada diri Cersei. Lalu menambah kebencian, kebengisan, kedengkian pada dirinya.
Itulah Cersei Lannister, seorang tokoh dalam karya George R.R. Martin berbentuk novel series yang kemudian diadaptasi menjadi TV series oleh HBO. Aku menulis Cersei karena aku kagum dengan tokoh jelmaan iblis gubahan Martin. Yang sebelumnya, aku memang selalu tertarik dengan iblis, atau penokohan iblis oleh manusia. Dan kini, Martin memiliki gubahan yang sangat menarik dalam diri Cersei bahwa selalu ada kasih sayang dalam kejahatan. Benarkah?
Mari mulai berkenalan dengan tokoh ini. Cersei Lannister adalah putri dari Tywin Lannister, seorang penguasa yang kaya raya dan super cerdas. Kelebihannya adalah pengetahuan. Memimpin perang tanpa menggunakan pedang, tapi "hanya" taktik. Selain itu, dia juga memiliki insting politik yang luar biasa. Dan hampir semua sifat dan kemampuan ini menurun pada Cersei.
Tak lahir sendiri (literally), saudara laki-lakinya, Jaime Lannister adalah seorang ksatria legendaris. Kemampuannya sudah menjadi cerita dengan dibuktikan ketika dia menjadi pengawal raja di usia 17 tahun atau yang termuda dalam sejarah. Tak secemerlang Cersei memang, tapi paling tidak Jaime juga memiliki kecerdasan dari ayahnya. Bedanya, dia lebih memiliki rasa kasih sayang.
Kurang lengkap juga jika Cersei tak memiliki adik laki-laki, Tyrion Lannister. Cersei sangat membencinya karena dia pikir dialah yang membunuh ibunya saat dia dilahirkan. Tapi Tyrion sendiri berpikir jika dia telah lama dijauhi oleh saudari dan ayahnya karena dia seorang cebol. Karena kondisi fisiknya, juga tuntutan sebagai keluarga bangsawan, Tyrion mengakali "kekuarangannya" dengan berrguru pada buku-buku. Dialah yang akhirnya menjadi lawan tanding Cersei dalam hal pikiran dan politik. Rasa benci Cersei juga bertambah karena Jaime selalu membela adik lelakinya.
Ketika berumur 19 tahun, Cersei dijodohkan lalu dinikahkan dengan seorang raja, Robert Baratheon. Menjadi ratu tak serta merta membuatnya bahagia karena sang raja ternyata masih belum bisa move on dari seorang wanita yang telah lama dijanjikan kepadanya. Dan, ya, dia telah mati.
Pertanyaannya, apakah seorang manusia yang memiliki kekuasaan, kekayaan, kecerdasa, lalu serta merta menjadi orang jahat atau iblis? Oh tentu tidak. Cerita yang bagus selalu memiliki alasan mengapa karakter bisa menjadi jahat juga sebaliknya. Tak ada istilah jahat dari sananya.
Pertama, Cersei adalah seorang putri seorang bangsawan kaya yang bermimpi untuk meneruskan warisannya hingga tercatat dalam sejarah. Maka, cara mudahnya adalah menikahkan anaknya dengan seorang raja. Cersei sempat dimintakan kepada raja agar dinikahkan dengan pangeran, tetapi ditolak. Baru kemudian ketika raja baru menggantikan yang lama dia diterima. Bagaimana perasaan Cersei ya diperlakukan seperti barang?
Oh tunggu, ternyata sebelum ini pun ada pemicu lainnya. Dengan kecerdasannya, Cersei memang memiliki insting untuk berkuasa. Tetapi menjadi permaisuri? Tidak, Cersei ingin lebih dari itu. Cersei jadi semacam Kartini yang ingin menikmati hidup bebas tanpa belenggu patriarkal. Lahir kembar, kenapa harus diperlakukan berbeda? Jika Jaime dilatih bertarung, dia dilatih tersenyum. Sejak saat ini bibit kedengkiannya tumbuh.
Sewaktu akan menikah, dengan raja yang diidam-idamkan semua gadis di negerinya, dia amat bahagia. Selepas menikah, neraka. Raja bahkan lebih suka membawa pelacur setiap hari ketimbang bergaul dengannya. Dan tentu saja, raja selalu keingat dengan mantan yang sudah mati dan lebih menginginkannya ketimbang Cersei yang masih hidup, cantik, dan sehat. Apa tidak kezel?
Ditambah lagi, anak pertamanya yang jadi raja, juga berperangai buruk sepertinya. Dia harus menghadapi anak kejam dan keji yang memiliki kekuasaan absolut, di satu sisi dia ingin menjinakkannya. Tentu banyak terjadi konflik dalam dirinya. Karena bisa dibilang, anak-anaknya adalah satu-satunya alasan mengapa dia masih memiliki sedikit rasa kemanusiaan. Ya, sebagai seorang ibu, Cersei sangat penuh kasih sayang.
Sayangnya, itu tidak berlangsung lama, si anak pertama yang kejinya bukan main ini meninggal di pangkuannya karena diracun. Sebagai ibu yang sisa kasih sayangnya ada hanya untuk anaknya, apa lagi anak pertama, tentu kemarahan menyelimutinya. Tanpa pikir panjang, dia menjatuhkan bom amarahnya kepada saudara kecilnya Tyrion. Dia memang telah membencinya sejak kecil, ditambah Tyrion yang menjadi pelaksana raja tidak menjadi penasihat yang baik bagi si raja yang keji. Itu karena Tyrion berhati baik sedang dia dan anaknya tidak. Ditambah lagi, untuk suatu misi perdamaian, Tyrion menjodohkan anak gadis satu-satunya kepada kerajaan yang sangat membenci keluarganya (meskipun akhirnya sang putri diperlakukan sangat baik).
Selain hubungan antar keluarga, Cersei juga memiliki masalah dengan orang lain. Dia berkali-kali bilang jika everyone who isn't us is enemy. Dia susah menaruh kepercayaan pada orang lain. Untuk itu mengapa dia incest. Untuk itu mengapa dia membunuh semua orang yang ingin menghakimminya dengan meledakkan satu gedung sampai rata dengan tanah.
Ketika ada rival yang sekira sebanding atau berpotensi menjadi ancaman, dia berangus. Termasuk sang ratu atau istri anak lelakinya. Yang terakhir, membuat anak lelakinya depresi hingga akhirnya bunuh diri. Ketika semua anaknya telah mati, bagaimana perjalanan karakter Cersei?
Cukup mengkhawatirkan. Sisa dari keluarga memusuhinya, saudara lelakinya bahkan merasa canggung dan waspada dengannya. Sampai tulisan ini diturunkan, atau sampai episode 2 di musim ke 7, Cersei memang terlihat tanpa beban mengambil alih singgah sana. Semua yang ada di hati dan pikirannya hanya tinggal keinginan untuk berkuasa.
Pertanyan lagi, apakah dengan semua latar belakang seperti itu kita berhak mendakwa Cersei iblis?
Aku akan dengan tegas mengatakan tidak! Cersei dibentuk oleh semua orang yang mempengaruhinya. Dia berbeda dengan saudaranya karena memang dia dibedakan. Dia menjadi psikopat karena memang lingkungan membantu mewujudkannya. Dia menjadi orang yang hatinya terluka karena memang dia dia tersakiti. Dia menjadi iblis karena iblis yang mempengaruhi. Dan iblis itu adalah semua manusia. Lalu, siapa yang tidak salah?
Cersei adalah cermin bagi tindak tanduk manusia. Jika kita memperlakukan orang lain dengan buruk, ingatlah Cersei. Ingatlah kita bisa berkontribusi untuk membentuk seseorang seperti Cersei. Kita bisa membuat dunia lebih baik hanya dengan berperilaku baik. Mengapa tidak mudah dilakukan? Karena ternyata kita semua pernah tersakiti, dan kita tidak bisa menahannya.
gambar: https://goo.gl/GGDwVu
Comments
Post a Comment