Lingkaran Nasib: Kesempatan Menjadi Good Guy and Bad Guy





Judul: Oliver Twist
Penulis: Charles Dickens
Penerbit: Narasi
Cetakan: 2008, cetakan ke-4
Penerjemah: Lintang Kusuma
Halaman: 200

Bocah adalah konsumen nomor satu angan-angan masa depan cerah. Bocah berharap menjadi presiden. Bocah berharap menjadi dokter. Bocah bermimpi menjadi polisi. Bocah dijejali harapan oleh orang tua, sekaligus digalikan kuburan untuknya. Harapan untuk orang tua yang cerdas, kuburan untuk bocah yang malang.

Pada masyarakat yang baru menjajaki era pasca revolusi industri, kehadiran orang tua adalah penentu kecakapan berharap si bocah. Entah masa kecilnya bahagia dengan permainan mahal, atau habis untuk membantu bekerja, di era ini semua orang punya kesempatan yang sama, setidaknya dalam menjadi orang baik dan orang jahat.

Itulah gagasan yang tercuplik dari novel Oliver Twist. Si bocah dibesarkan di lingkungan yang buruk, bertemu orang yang berperilaku baik dan buruk, punya kesempatan untuk memilih menjadi orang baik atau buruk.

Oliver, nama bocah ini, memulai perjalananya setelah dijadikan alat transaksi oleh rumah penampungan anak—dia yatim piatu. Keluarga yang membelinya berisi orang yang baik dan buruk. Baik karena memberinya makan dengan baik, buruk karena menambah panjang sejarah bullying pada anak.

Rundungan benar-benar menjadi ancaman untuk anak di novel ini. Ketika melarikan diri ke London, Oliver bertemu dengan kelompok pencuri dan diasuh oleh mereka. Menghajarnya kalau tidak menuruti perintah, memasukkannya ke ruang gelap, atau bahkan tak segan-segan membunuhnya kalau berkhianat adalah kata-kata yang berseliweran di benaknya.

Pertanyaannya? Dari mana dia masih bisa merawat harapan menjadi orang baik? Plot berbelok tajam ketika pencurian pertama Oliver gagal dan babak belur dikejar massa. Tentu bukan Oliver pencurinya, tapi rekannya. Si korban, entah kenapa, bersedia mengasuh Oliver.

Rumus ini dipakai dua kali oleh Charles Dickens. Bertemu penjahat lagi, bertemu orang baik lagi. Pembaca berhak skeptic dan kembali bertanya, dari mana kebaikan selalu tetap ada? Jawaban prematurnya adalah kesempatan.

Kesempatan adalah satu-satunya yang dimiliki oleh Oliver. Dia bisa menjadi penjahat, memiliki uang banyak, namun hidup dengan kecemasan akan bayangan digantung di depan umum. Atau, dia bisa menjadi orang baik, bekerja di ladang, membersihkan rumah, yang terlihat seperti budak namun hidup damai.

Barang kali, novel ini adalah kehidupan kita sehari-hari. Kita adalah Oliver yang memilih menjadi orang baik atau buruk. Sebab, kalau kita tidak kebetulan bertemu dengan penjahat atau ustaz, kita punya kesempatan menjadi mereka, dengan interpretasi kita. Satu-satunya hal yang pantas dijadikan harapan adalah kita lahir dari orang tua pengedar harapan karena merekalah yang menentukan interpretasi.

Comments

Popular Posts