Anak Baru



Film ini berjudul Le Nouveau karya Rudy Rosenberg, bercerita tentang anak baru di sekolah yang mencoba mendapatkan teman. Premis yang cukup lama sebenarnya.

Berstatus film remaja, film ini bukan berjenis petualangan seperti monster in the house, bukan juga bocah jenius tengik yang tiba-tiba membahayakan dunia. Film ini fokus pada premis tadi yang sungguh biasa saja. Bertemu bocah bully, gadis cantik yang mendadak care, juga diganggu anak nerdy lainnya, kemudian akhirnya mendapatkan teman. Cuma itu. Biasa saja bukan?

Awalnya aku cukup penasaran ketika iseng mencari referensi film Perancis dengan rating yang tinggi. Dan film ini salah satu yang bukan ber-rating tinggi (haha), tapi mendapatkan penghargaan. Dan memang sesuai ekspektasi, film ini sangat memuaskan. Ada kegembiraan setelah menontonnya. Sensasi yang cukup sulit ditemui belakangan ini. Berarti bukan film biasa dong?

Memang film ini biasa saja. Ceritanya sederhana. Alurnya tengah-tengah. Skoringnya tidak memaksa. Gambarnya standar saja. Lalu apa kalau semuanya biasa saja?

Persis setelah menonton film ini, aku memikirkan ulang mengenai apa yang biasa dan apa yang luar biasa. Jika film seperti, katakanlah Birdman, luar biasa, bagaimana dengan yang biasa? Apakah film luar biasa harus selalu memiliki cerita besar yang memenuhi kepala, gambar yang memanjakan mata, skoring yang bikin hanyut telinga? Nononononono. Tunggu dulu tunggu dulu.

Film yang cuma berdurasi 80 menit ini datang menyodorkan tafsiran lain. Adalah film yang wujudnya tidak bisa diukur dengan parameter gambar, musik, akting, dan cabang-cabang estetika lainnya. Adalah film yang bermakna bukan berasal dari kesan yang dibangun cerita. Ini adalah film yang melepas dahaga. Sajian komersil, terpikirkan oleh umum, dan diamini bersama.

Kita bergembira karena (aku berani bertaruh) kita semua pasti memiliki pandangan yang sama dengan apa yang dilukiskan sutradara. Kondisinya bukan penonton yang menebak alur cerita, tetapi sutradaralah yang secara elegan membalikkannya. Sutradara tahu betul pikiran umum tentang semiotika anak baru. Mau bergaya Paris sekali pun, semua orang di penjuru dunia juga bakal setuju.

Inilah yang aku rasa menjadi satu-satunya kelebihan film yang kalau diterjemahkan kurang lebih berarti Anak Baru ini. Film yang menggambarkan pikiran orang banyak dalam satu sekuen gambar bergerak. Bagaimana pun, penonton akan selalu lebih mudah disentuh dengan yang realis. Dan film ini super realis.

Kurasa tidak perlu membicarakan konen spesifik seperti alur, atau akting. Singkatnya, premis di atas digarap dengan kedekatan karakter/watak antar tokoh, lalu dipungkasi dengan mulus lewat pergolakan memilih yang keren dan tidak keren. Karena sesungguhnya itulah pertarungan dalam diri masa remaja (di film ini masih anak SMP), yaitu eksistensi!

Satu hal lagi yang membuatku bergembira adalah dialognnya yang benar-benar di luar ekspektasi (untukku orang Indonesia). Gayanya yang realis membuat penonton paham dengan kehidupan remaja di kota paling menggemaskan di dunia.

Aku jadi ingin bersemangat lagi belajar bahasa Perancis. Ingin bersemangat lho ya. Au revoir.

Title: Le Nouveau |Initial release: December 23, 2015 (France)|Director: Rudi Rosenberg|Casting directors: Amelie Lagrange, Elise Vogel |Awards: HT Audience Award for Best Feature Film |Cast: Réphaël Ghrenassia, Johanna Lindstedt, Géraldine Martineau, Max Boublil, Joshua Raccah|Producers: Mathias Rubin, Eric Juhérian

gambar: https://goo.gl/frwJdo

Comments

Popular Posts