Tranformasi Musik dan dunia yang mengikutinya




Beberapa waktu yang lalu aku menonton Mark Ronson, seorang produser musik, pencipta lagu, DJ, dan multi instrumentalist berceramah di acara TEDTalks. Ceramahnya sangat bagus buatku karena membahas musik terkini (pop) dengan mengambil dasar perkembangan teknologi dan sejauh mana kreatifitas berkembang. Tak bisa dipungkiri, musik pop dengan bantuan teknologi (atau tren teknologi) memang menjadikannya musik paling digemari sejagad. Dan wujud musik yang teknologis itu dihasilkan dari perangkat teknologis bernama sampling.

Sampling bisa disebut sebagai mesin yang memproduksi bunyi dari berbagai instrumen yang telah direkam. Sampling paling mudah bisa ditemui pada keyboard. Fungsinya memudahkan pekerjaan pemain keyboard, misalnya jika dia sedang sendiri dan tidak punya drum. Dengan efek suara drum, dia bisa membuat line drum hingga membentuk loop. Loop ini tinggal ditumpuk dengan melodi keyboardnya atau juga bisa menambahkan sebuah loop dari efek gitar.

Tak hanya memutar-mutar kembali instrument yang telah direkam, sampling juga bisa menggunakan sebuah lagu utuh untuk dieksperimen sendiri. Genre musik hiphop adalah salas satu yang paling pertama menggunakan sampling. Pendengar akan tahu lebih jelas jika DJ menggunakan teknik scratch yang menyebabkan salah satu sampling dimodifikasi.

Mark Ronson menyebut La Di Da Di, adalah sampling paling populer dan yang tersering dipakai ulang oleh banyak artis hingga sekarang dan sampai kapanpun. Ialah Doug E. Fresh yang membuat beatbox dan Slick Rick pada vokal yang bertanggung jawab membuatnya di tahun 1984. 

Memakai sampling tidak berarti mencuri karya orang lain, kata Ronson, yang akhirnya terus menimbulkan perdebatan. Grammy misalnya, tidak memperbolehkan elemen lagu orang lain dalam penilaiannya. Namun, Ronson menyebut selalu ada interpretasi tersendiri di setiap generasi. 

"We live in the post-sampling era. We take the thing that we love, and we build on them." Penegasan Ronson bagiku terdengar genting. Mungkin ada hubungannya dengan teori kreatifitas. Bagaimanapun juga, tida ada yang original di dunia ini. Termasuk dalam dunia tulis. Bagaimana menentukan plagiarisme jika semua penulis memang menuliskan cerita cinta? 

Musik mengalami transformasi. Jika ada yang merendahkan musik pop karena kurangnya originalitas dan krurang berisi, barangkali memang zaman yang mengendaki demikian, bukan salah musiknya. 

Inti dari ceramah Ronson sebenarnya adalah jika kita membangun musik dari referensi yang telah ada, lalu menambahkannya dengan kemampuan dan pengalaman (zaman), lalu hasilnya bisa berbeda dengan signifikan, kita punya kesempatan untuk membuat sesuatu yang baru lagi. Dan mungkin semua cabang seni atau bahkan bagaimana dunia bekerja, juga seperti ini.

Kita bisa mengingat orang Yunani yang menyembah  Apolo. Banyak sekali kuil yang dibangun sebagai lambang penghormatan kepada yang kuasa. Pola religiusitas terus berkembang seiring perkembangan zaman dan memunculkan agama-agama baru. Belum lagi jika pola ini ditumpuk dengan kisah-kisah heroik yang bersifat lokal di seluruh belantara dunia.

Yang bisa kita bilang adalah hidup ternyata tak jauh berbeda dengan mesin sampling. Kita bisa memainkan pola hidup yang kita suka (atau yang berkembang sesuai zaman). Kita juga bisa menambahkan kreatifitas kita sendiri untuk memodifikasi sampling yang tersedia.

Masalah terbesar kita saat ini sama seperti yang dihadapi Mark Ronson, krisis kepercayaan. Musik pop bagi pemusik rock adalah sampah yang lembek dan tidak bernilai seni tinggi. Sama dengan kita ketika berargumen dengan orang tua yang menganggap anaknya menyimpang dari sampling yang sebelumnya. Alih-alih melihat pembaharuan dan mengoreksi kesalahan, yang terjadi malah persekusi karena perbedaan.

Dengan segala kebaruannya, musik pop juga tak luput dari masalah. Pendekatan yang terlalu mencolok terkadang menghasilkan karya yang terkesan genit dan remeh. Lalu, apa bedanya dengan musik dan subkultur punk di zaman dulu, ya kan?

Pada akhirnya, ku ingin bilang jika musik adalah salah satu karya terbaik untuk merepresentaskan zaman. Tidak ada yang seabsurd musik dan tidak ada yang seharmoni musik. Musik akan terus bergerak, lalu dunia yang mengikuti. Jika musik sudah berbeda, berarti dunia kita sudah berubah. 

Tak ada musik berarti mati.


gambar: https://goo.gl/PWJyFz

Comments

Popular Posts