Film Aneh yang Menyenangkan



Well-crafted. fresh, and addictive!

Sebuah film lama dengan cerita segar baru saja kutonton. Penulis dan sutradara, Paul Thomas Anderson, terlihat sangat menggoda untuk dinanti karya-karyanya. Kali ini, aku akan bercerita tentang Punch-Drunk Love (2002).

Film ini masuk kategori film yang menggantungkan diri pada karakter tokoh. Cerita sudah tidak akan biasa karena mengambil tokoh yang bermasalah. Barry Egan (Adam Sandler), seorang pria paruh baya yang memiliki gangguan emosi meluap-luap tak karuan diceritakan menemukan tambatan hati. Sesuatu yang tidak pernah dipikirkan atau diharapkannya sama sekali.

Cinta bukanlah soal bagi Barry karena datangnya pun menuntut bantuan saudari-saudarinya yang cerewet. Mereka mengenalkannya pada Lena Leonard (Emily Watson), seorang janda yang hidup bebas dan traveler. Atau mungkin Lena sendiri yang mencoba mengenalkan diri sendiri dengan sengaja menitipkan mobil padanya karena bengkel mobil ada di seberang kantor Barry. Dan tentu saja, Barry cuek saja. Cinta bukan soal kok.

Bukan cuma cuek, pribadi Barry juga lucu bin ajaib. Ketika diundang makan malam keluarganya, tidak ada angin atau hujan, Barry menghantam kaca di rumah sampai berkeping-keping. Setelahnya dia minta maaf dan tiba-tiba menangis. Saudara iparnya yang seorang dokter dimintai pendapat soal psikiater. Menurutnya, dia sudah gila.

Akting atau beneran? Dua-duanya! Barry memang orang yang tidak bisa mengontrol emosi. Tapi juga sering akting dengan memanfaatkan kelemahannya tersebut agar orang bersimpati. Ditambah pribadinya yang unik, karakter Barry adalah lawakan tanpa jokes paling elegan yang pernah digarap Adam Sandler.

Walau begitu, Barry ternyata orang yang mau introspeksi. Lewat layanan phonesex, dia ingin berkeluh kesah atau lebih tepatnya ingin punya teman bicara. Dan inilah malapetaka baginya. Layanan ini dikelola oleh beberapa orang brengsek yang mengancam pelanggannya dengan menyebar rahasianya.

Untung bagi Barry, layanan phonesex tidak dia gunakan untuk "phonesex". Dia cuma curhat saja. Makanya dia pede saja menghadapi teror telepon dari layanan phonesex tadi.

Sementara itu, cerita terus berlanjut ketika Lena dengan agak memaksa mengajak Barry makan malam. Dan entah kerasukan apa, Barry mulai merasakan cinta di sana, meski tidak kelihatan. Kok tahu? Sebab, Barry sudah mulai merekonstruksi cerita-cerita miring tentangnya (yang sebenarnya memang miring sih). Lena yang sudah suka dengan Barry cuma iya-iya saja.

Gangguan emosional dan kemampuan akting yang mumpuni Barry akhirnya tidak tertahan. Dia mencintai Lena. Urusan dengan layanan phonesex harus diakhiri karena mengancam kehidupannya dan sempat mencelakai Lena. Berikutnya adalah usaha Barry untuk meyakinkan Lena jika.... begitulah.

(aku tidak ingin menceritakan plot utamanya, silakan tonton sendiri)

Film ini mengingatkanku pada Silver Linings Playbook. Kisah cinta orang yang memiliki gangguan emosional terkadang bikin ngakak tapi juga ngaca. Lha apa kita yang benar-benar waras ini bisa dengan benar memahami cinta? Barangkali inilah yang diulik oleh David O'Russel dalam film-film emosionalnya.

Sebagai film komedi-romantis, film ini benar-benar dapet. Ada lompatan kejujuran dalam bercinta/megungkapkan cinta pada tokoh seperti Barry. Mungkin, begitulah hukumnya. Orang yang normal mungkin akan biasa saja mengungkapkan cintanya, begitu pula sebaliknya.

Barangkali, film ini dibangun atas dasar itu. Cinta yang tidak biasa, bahkan sempat tidak diharapkan datangnya, berubah menjadi permen manis yang melepaskan enzim-enzim rasa bunga di mulut. Tiba-tiba membuat senang juga menghilangkan pikiran.

Sutradara Paul Thomas Anderson dengan cekatan membalut cerita ini dengan gambar-gambar yang kolosal adanya. Sumpah, ga penting banget memasukkan gambar orang meninggalkan piano di pinggir jalan. Apa maksudnya coba? Mungkin ini semacam metafor yang belum kupahami.

Belum lagi ketika menggunakan musik elektronik yang terkesan nge-dub waktu tensi sedang tinggi. Seperti game super mario yang melawan naga saja. Selain itu, intensitas musik juga tergolong minim. Sudah minim dialog, minim musik pula.

Film ini termasuk film aneh yang patut semua orang tonton. Karena satu keanehan berarti kesalahan. Namun jika keanehan itu ditumpuk terus menerus, apa bukan kesengajaan? Jelas Paul ingin bicara dengan bahasa lain. Bahasa kamera, musik, dan akting para aktor.

Akting aktor tidak bisa main-main. Memerankan orang yang seperti emotionless yang kadang bisa marah saja sudah susah, apalagi jika tersengat cinta? Akting yang brilian Sandler!

Banyak sekali bahasa-bahasa yang bisa dinikmati jika ditonton ulang. Dan itulah salah satu syarat utama film sangar. Melahirkan tafsiran atau perspektif baru setiap kali menontonnya meskipun ceritanya sama. Wes, gitu tok?

Lha film-nya aneh kok, komentarnya juga harus aneh nu. Gitu ya, asalamualaikum. hehe.



Judul: Punch-Drunk Love ↾ Tanggal rilis: 1 1 Oktober 2002 (Kanada) ↿ Sutradara: Paul Thomas Anderson ↿ Sinematografi: Robert Elswit ↿ Skenario: Paul Thomas Anderson ↿ Penghargaan: Cannes Best Director Award ↿ Cast: Adam Sandler Emily Watson, Philip Seymour Hoffman


gambar: http://bit.ly/2gCUG8d

Comments

  1. Hard Rock Hotel & Casino Las Vegas, NV - Mapyro
    Find the cheapest and 사천 출장마사지 quickest way to get from Hard Rock 화성 출장샵 Hotel & Casino 전주 출장샵 Las Vegas to Hard 양산 출장마사지 Rock Hotel & Casino 군산 출장안마 Las Vegas.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts